Kebanyakan orang-orang yang mengidap penyakit
alzheimer/kepikunan tidak menyadari penyakit ini setelah semuany aterlambat.
Biasanya jika kondisinya sudah sangat kronis maka kemungkinan sembuhnya juga
sangat minim. Maka diperlukan sebuah metode agar risiko kondisi ini sudah
ketahuan jauh-jauh hari. Dan salah satu metode ampuhnya adalah melalui
pemeriksaan mata.
Dalam Alzheimer's Association International Conference 2016 di Toronto
baru-baru ini, dua tim peneliti dari Inggris dan Kanada menemukan cara mudah untuk
mendeteksi risiko Alzheimer atau kepikunan seseorang. Caranya, hanya dengan
melakukan pemeriksaan tes mata sederhana.
Peneliti pertama dari Moorfields Eye Hospital dan Oxford University menemukan,
ketebalan lapisan berisi sel-sel saraf di retina dapat menentukan ada tidaknya
risiko kepikunan tersebut.
Untuk membuktikannya, peneliti telah mengukur ketebalan lapisan sel ini pada
33.000 sukarelawan berusia 40-69 tahun. Kemudian peneliti membandingkannya
dengan hasil tes daya ingat dan kemampuan kognitif lainnya.
Seperti dikutip dari CNN, mereka yang lapisan sel saraf di retinanya lebih
tipis cenderung memiliki skor yang rendah dalam tes kognitif. Dan peneliti
menyimpulkan ini sudah bisa dijadikan penanda bahwa yang bersangkutan akan
segera mengalami tahapan awal dari demensia.
Sedangkan pada studi kedua, peneliti dari Waterloo University Kanada menemukan
deposit atau penumpukan protein bernama amyloid pada retina orang dengan
penyakit Alzheimer, terutama yang berat.
Pada penelitian sebelumnya, sejumlah ilmuwan hanya menemukan protein ini di
dalam otak. Namun untuk pertama kalinya peneliti dari Kanada mengatakan,
penumpukan protein ini juga bisa terlihat dari mata.
Mereka juga telah memastikannya dengan mengamati otak dan mata dari 20 pasien
yang sudah meninggal dan kebetulan juga mengidap Alzheimer. Bahkan peneliti
juga mengamati mata enam ekor anjing yang memperlihatkan gejala serupa.
Ternyata dengan teknologi imaging atau pencitraan yang tinggi, peneliti bisa
melihat penumpukan amyloid ini di mata. "Diharapkan cara ini bisa jadi
metode yang tak hanya mendeteksi sejak dini tetapi juga non-invasif," kata
peneliti, Dr Melanie Campbell seperti dikutip dari CBC.
Dua tahun lalu, peneliti dari Dundee University dan University of Edinburgh
juga mengembangkan sebuah software khusus untuk mengetahui risiko Alzheimer
dari pemeriksaan bola mata seseorang. Sebab menurut peneliti, perubahan pola
pembuluh darah di mata juga dapat dikaitkan dengan gejala Alzheimer.
Untuk itu, software ini dapat menghasilkan foto bola mata seseorang yang diduga
terkena Alzheimer dengan hasil gambar high definition (definisi tinggi). Dengan
begitu perubahan struktur pembuluh darah di dalam mata dapat diketahui saat itu
juga.
Dengan software yang sama, peneliti dapat membandingkan kondisi pembuluh darah
mata tersebut dengan ribuan riwayat medis pasien Alzheimer yang telah tersimpan
di Ninewells Hospital, Dundee untuk memastikan apakah risiko tersebut
benar-benar ada atau tidak.
Jadi
bagaimana, apakah anda berminat memerikasakan mata anda untuk mengetahui gejala
Alzheimer ?
Comments
Post a Comment